Satu Pagi
Detap hujan menjadi derap
Kadang dentam kadang denting
Menghentam hunjam atap zink
Dan ini ialah bicara hati dini satu pagi
Aku masih mencuba menulis
Sejujurnya menulis
Tanpa mencuba menjadi puitis
Tapi entahlah
Semuanya kecamuk
Berantakan bagai dilanda amuk
Tak tergores ayat
Tak tercalit dakwat
Rasa ini seakan sekat
Ditelan perit diluah sakit
Terlalu banyak rasa untuk disusun menjadi kata
Terlalu kompleks runtun jiwa tak terjemah menjadi bahasa
Terlalu rumit untuk dikisahkan mana subjek mana predikat
Terlalu sedikit peribahasa terlalu banyak peristiwa
Biarlah carca marba prosa ini
Menjadi seperti simile
Puisi ini metafora hati
Simpulan bahasa bagi simpulan kata yang mati
Dan ini masih bicara hati dini satu pagi
Walau hujan sudah pun berhenti
Kadang dentam kadang denting
Menghentam hunjam atap zink
Dan ini ialah bicara hati dini satu pagi
Aku masih mencuba menulis
Sejujurnya menulis
Tanpa mencuba menjadi puitis
Tapi entahlah
Semuanya kecamuk
Berantakan bagai dilanda amuk
Tak tergores ayat
Tak tercalit dakwat
Rasa ini seakan sekat
Ditelan perit diluah sakit
Terlalu banyak rasa untuk disusun menjadi kata
Terlalu kompleks runtun jiwa tak terjemah menjadi bahasa
Terlalu rumit untuk dikisahkan mana subjek mana predikat
Terlalu sedikit peribahasa terlalu banyak peristiwa
Biarlah carca marba prosa ini
Menjadi seperti simile
Puisi ini metafora hati
Simpulan bahasa bagi simpulan kata yang mati
Dan ini masih bicara hati dini satu pagi
Walau hujan sudah pun berhenti
Comments