Bulu Hidung

Engkau bagai bulu hidung,
Diam tersorok, meliuk-lentok,
Tabah engkau di dalam gelap,
Perlahan kau tumbuh, tetapi aduh, begitu pasti begitu ampuh.

Kadang hangat engkau dihembus udara utara,
Kemudian dingin disapa sepoi selatan,
Ada ketika dilanda banjir masin,
Ada kala dibenam lumpur, menggelupur
Terpisat-pisat engkau cuba bangkit
Dari kerak hijau melekit.

Engkau bagai bulu hidung,
Perlahan-lahan engkau melolos diri dari gua yang memenjara,
Apalah kiranya dipotong direntap dicarik ditarik,
Bahkan setimpal semuanya demi seketika merdeka.

Tidak.
Tidak akan sesekali engkau berhenti menjadi subur,
Yakinlah dari cambahanmu engkau melunjur,
Biar di tangan manusia engkau berkubur,
Rentaplah!
Biar tercabut dari umbi yang mengakar,
Tetap bangkit walau bumi henti berputar,
Dari pintu dua gua terperongo,

Ayuh jengahlah engkau keluar!


Comments

Popular

Superficial

Love-Hate

Coklat